review-film-orphan

Review Film Orphan

Review Film Orphan. Di tengah maraknya film horor modern yang mengandalkan jump scare atau monster supernatural, Orphan (2009), disutradarai Jaume Collet-Serra, kembali mencuri perhatian di 2025. Film ini trending lagi di platform streaming seperti HBO Max dan Shudder, didorong oleh diskusi viral di media sosial tentang twist-nya yang ikonis. Dengan rating 59% di Rotten Tomatoes dan skor IMDb 7.0/10, Orphan tetap memikat karena perpaduan thriller psikologis dan horor domestik yang mencekam. Dibintangi Vera Farmiga, Peter Sarsgaard, dan Isabelle Fuhrman sebagai Esther, anak angkat yang menyeramkan, film ini menawarkan pengalaman yang sulit dilupain. Di era ketika isu keluarga dan trauma psikologis jadi topik hangat, Orphan terasa relevan sekaligus mengganggu, membuatnya jadi tontonan wajib bagi penggemar horor yang haus sesuatu di luar formula biasa. BERITA VOLI

Sinopsis Film Ini: Review Film Orphan

Orphan mengikuti pasangan Kate (Vera Farmiga) dan John Coleman (Peter Sarsgaard), yang sedang berduka setelah kehilangan bayi mereka. Untuk mengisi kekosongan, mereka mengadopsi Esther, seorang gadis 9 tahun yang tampak manis dan berbakat dari panti asuhan setempat. Esther (Isabelle Fuhrman) awalnya memesona dengan aksen Eropa-nya, kecerdasan, dan bakat melukis. Namun, tak lama setelah tiba di rumah Coleman, keanehan muncul. Esther menunjukkan perilaku manipulatif: ia menyakiti teman sekolah, memanipulasi adik angkatnya, Max (Aryana Engineer), yang bisu, dan membuat kakak angkatnya, Daniel (Jimmy Bennett), ketakutan.

Kate mulai curiga ada yang salah dengan Esther, terutama setelah serangkaian kecelakaan misterius—dari burung yang mati hingga insiden di taman bermain. John, yang terpesona oleh Esther, menolak kecurigaan Kate, menyalahkan trauma masa lalunya dengan alkohol. Sementara itu, Esther semakin berbahaya, dengan tindakan yang eskalasi dari manipulasi halus hingga kekerasan terang-terangan. Puncaknya adalah plot twist yang mengguncang, mengubah semua asumsi tentang Esther dan mendorong film ini dari drama keluarga ke ranah horor psikologis penuh. Dalam 123 menit, Orphan membangun ketegangan yang tak henti, menuju klimaks yang masih dibicarakan di X hingga 2025.

Kenapa Film Ini Seru Ditonton

Orphan adalah rollercoaster emosi yang sulit dilewatkan. Pertama, penampilan Isabelle Fuhrman sebagai Esther adalah fenomenal. Di usia 12 tahun saat syuting, ia menghidupkan karakter yang manis sekaligus mengerikan, dengan tatapan dingin dan senyum licik yang bikin merinding. Vera Farmiga juga brilian sebagai Kate, menampilkan ibu yang rapuh namun bertekad, sementara dinamika keluarga Coleman terasa autentik berkat chemistry para aktor.

Kedua, arahan Collet-Serra cerdas dalam membangun ketegangan. Sinematografi Leonardo DiCaprio (bukan aktor, tapi sinematografer film ini) menggunakan palet warna dingin dan bayangan untuk menciptakan aura mencekam, diperkuat scoring Jeff Danna yang minimalis tapi efektif. Adegan seperti Esther menyanyikan lagu anak-anak sambil melakukan sesuatu yang jahat adalah momen horor klasik. Twist-nya, yang tak akan dispoiler di sini, adalah salah satu yang paling memorable di genre horor, membuat penonton ternganga dan ingin menonton ulang untuk mencari petunjuk.

Ketiga, tema film ini relevan. Orphan tak hanya tentang horor, tapi juga tentang trauma, kepercayaan dalam keluarga, dan stigma adopsi. Di 2025, ketika diskusi tentang kesehatan mental dan dinamika keluarga ramai, film ini terasa seperti cermin gelap. Bagi penggemar film seperti The Bad Seed atau The Good Son, Orphan adalah tambahan sempurna untuk malam horor yang bikin susah tidur.

Sisi Positif dan Negatif Film Ini

Positifnya, Orphan adalah masterclass dalam thriller psikologis. Akting Fuhrman dan Farmiga sering dipuji, dengan Fuhrman disebut sebagai salah satu “anak jahat” terbaik dalam sejarah horor. Twist-nya inovatif dan dieksekusi dengan presisi, membuat film ini beda dari horor generik. Produksi visual dan suara mendukung cerita tanpa berlebihan, dan durasi 123 menit terasa pas untuk membangun ketegangan tanpa terburu-buru. Film ini juga berani mengeksplorasi tema sensitif seperti adopsi dan kegagalan orang tua, meski dengan pendekatan dramatis.

Negatifnya, beberapa elemen terasa klise. Karakter John kadang terlalu naif, membuatnya tampak seperti plot device ketimbang manusia nyata. Beberapa subplot, seperti masa lalu alkoholisme Kate, terasa kurang tergali dan agak dipaksakan untuk menambah konflik. Kritikus juga menyebut beberapa adegan kekerasan Esther terlalu eksplisit, yang mungkin mengganggu penonton yang sensitif. Bagi yang mencari horor supernatural, film ini mungkin mengecewakan karena fokusnya lebih ke psikologi daripada hantu atau monster.

Kesimpulan: Review Film Orphan

Orphan adalah perjalanan mencekam yang menggabungkan horor, drama, dan psikologi dengan cerdas. Di 2025, ketika kita makin kritis terhadap dinamika keluarga dan isu mental, film ini tetap relevan dan menyeramkan. Tersedia di HBO Max atau Shudder, ini adalah tontonan wajib bagi yang suka horor yang lebih dari sekadar takut, tapi juga menggali jiwa. Esther mungkin bukan anak biasa, tapi ceritanya akan melekat di pikiran Anda lama setelah kredit bergulir. (612 kata)

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

More From Author

review-film-anger-management

Review Film Anger Management

review-film-argo

Review Film Argo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LINK ALTERNATIF: