Review Film Gundala. Gundala, film superhero Indonesia yang dirilis pada 29 Agustus 2019, kembali mencuri perhatian di 2025 seiring dengan kebangkitan minat terhadap Jagat Sinema Bumilangit. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini menjadi pelopor sinema superhero lokal yang mengadaptasi komik legendaris karya Harya Suraminata (Hasmi). Dengan Abimana Aryasatya sebagai pemeran utama, Gundala menawarkan perpaduan aksi, drama, dan sentuhan budaya Indonesia yang kuat. Di tengah popularitas film superhero global, Gundala berhasil menonjol sebagai karya yang membanggakan perfilman Indonesia. Mengapa film ini layak ditonton, dan apa kelebihan serta kekurangannya? Artikel ini akan mengulas Gundala secara ringkas dan jelas. BERITA TOGEL
Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
Gundala mengisahkan perjalanan Sancaka (Abimana Aryasatya), seorang anak yang kehilangan orang tua akibat kerusuhan buruh dan tumbuh di jalanan Jakarta yang keras. Sebagai dewasa, Sancaka bekerja sebagai penjaga keamanan dan hidup sederhana hingga ia tersambar petir, yang memberinya kekuatan super berupa kemampuan mengendalikan kilat. Ia kemudian menjadi Gundala, pahlawan yang melawan kejahatan untuk melindungi rakyat kecil. Musuh utamanya adalah Pengkor (Bront Palarae), bos mafia karismatik yang berencana mengendalikan kota dengan racun berbahaya. Bersama teman-temannya, seperti Wulan (Tara Basro) dan Teddy (Donny Alamsyah), Sancaka menghadapi konspirasi besar yang mengancam ribuan nyawa. Film berdurasi 123 menit ini menggabungkan aksi laga, drama sosial, dan elemen superhero yang kental dengan nuansa Indonesia.
Kenapa Film Ini Layak Untuk Ditonton
Gundala wajib ditonton karena membawa angin segar bagi perfilman Indonesia dengan menghadirkan superhero lokal yang otentik. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini menawarkan aksi laga yang solid, dengan koreografi pertarungan yang memadukan bela diri dan efek visual untuk kekuatan petir Sancaka. Ceritanya yang berlatar Jakarta, dengan isu sosial seperti ketimpangan ekonomi dan korupsi, membuatnya relevan dan mudah diterima penonton Indonesia. Penampilan Abimana Aryasatya sebagai Sancaka menunjukkan transformasi emosional yang kuat, sementara Bront Palarae sebagai Pengkor memberikan antagonis yang menyeramkan namun menawan. Sinematografi yang apik, dengan pengambilan gambar malam yang dramatis, dan soundtrack yang mendukung suasana menambah daya tarik. Film ini juga menjadi tonggak pembuka Jagat Sinema Bumilangit, membuka jalan bagi film seperti Sri Asih. Keberhasilannya di box office, dengan lebih dari 1,6 juta penonton, dan pujian di festival seperti Jakarta Film Week, menegaskan kualitasnya.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif Gundala terletak pada ambisinya untuk menciptakan superhero Indonesia yang berdiri sejajar dengan karakter Marvel atau DC. Cerita yang mengakar pada isu sosial, seperti ketidakadilan terhadap buruh, memberikan kedalaman yang jarang ditemui di film aksi lokal. Koreografi laga, meski tidak sebrutal The Raid, tetap memukau, terutama dalam adegan pertarungan di kereta dan pasar malam. Akting Abimana Aryasatya dan Bront Palarae menjadi sorotan, didukung oleh produksi berkualitas tinggi dengan anggaran sekitar Rp30 miliar. Penggunaan budaya lokal, seperti nama “Gundala” yang terinspirasi dari “gundul” (petir dalam bahasa Jawa), menambah keunikan. Namun, ada kekurangan. Beberapa penonton merasa alur cerita agak lambat di paruh pertama, terutama saat membangun latar belakang Sancaka. Efek visual, meski cukup baik untuk standar Indonesia, kadang terasa kurang mulus dibandingkan film superhero internasional. Selain itu, beberapa karakter pendukung, seperti anak-anak yatim piatu yang dikendalikan Pengkor, kurang mendapat pengembangan, membuat narasi terasa sedikit terburu-buru di bagian akhir.
Kesimpulan: Review Film Gundala
Gundala adalah film superhero Indonesia yang membanggakan, menggabungkan aksi laga, drama sosial, dan identitas budaya lokal dengan apik. Dirilis pada 2019, film ini tetap relevan di 2025 sebagai pelopor Jagat Sinema Bumilangit dan bukti bahwa perfilman Indonesia mampu bersaing di genre superhero. Meski memiliki kekurangan, seperti tempo yang lambat di awal dan efek visual yang belum sempurna, keunggulan film ini terletak pada cerita yang kuat, akting memukau, dan visi ambisius Joko Anwar. Bagi penggemar film aksi atau mereka yang ingin melihat superhero lokal yang otentik, Gundala adalah tontonan wajib yang menawarkan kebanggaan nasional dan hiburan berkualitas. Film ini adalah langkah besar menuju perfilman Indonesia yang lebih berani dan global.