Review Film About Time. “About Time” (2013), sutradara dan penulis Richard Curtis dan dibintangi Domhnall Gleeson sebagai Tim Lake serta Rachel McAdams sebagai Mary, lagi naik daun di Netflix akhir pekan ini setelah masuk top 15 global dengan 6 juta view. Rilis 4 September 2013 di Inggris, film ini debut nomor 1 box office sana dan jual $87 juta worldwide—bukan cuma rom-com time travel dengan sentuhan fantasi, tapi cerita ayah-anak soal hargai momen yang bikin penonton terharu. Di 2025, dengan 12 tahun usia, “About Time” bukti film romansa tak lekang waktu—dari era “The Time Traveler’s Wife” sampe sekarang. Tim, pemuda biasa yang warisi kemampuan time travel dari ayahnya (Bill Nighy), gunakan buat kejar cinta dan perbaiki hidup. Apa maknanya sebenarnya? Dari pelajaran hidup sampe pesan carpe diem, yuk kita review lengkap—siapa tahu, besok lo rewatch sambil telepon keluarga. BERITA BOLA
Apa Makna dari Film Ini: Review Film About Time
Makna utama “About Time” adalah pelajaran bahwa hidup penuh makna di momen biasa, bukan perbaikan masa lalu—sebuah pesan bahwa time travel tak ganti esensi pengalaman, tapi ajarin hargai sekarang. Struktur film campur fantasi dan realisme tunjukkan Tim awalnya gunakan ability buat ulang hari buruk atau kejar Mary (Hari 15: ketemu di bar, Hari 12: ulang sampe sukses), tapi pelan-pelan sadar: “The thing is, if you travel back in time and fix things, you lose the lessons.” Adegan kunci, Tim putuskan tak time travel lagi setelah lahiran anak, pilih hidup linear—metafora: masa lalu bentuk siapa kita, bukan beban.
Richard Curtis ciptakan ini terinspirasi pengalaman pribadi soal kematian ayah—makna lebih dalam: kritik perfeksionisme, di mana Tim coba “fix” karir dan cinta, tapi gagal saat tak bisa selamatkan ayah dari kanker. Outro, di mana Tim ulang hari biasa tanpa travel, jadi klimaks: “We’ll never forget a single day.” Secara keseluruhan, maknanya tentang legacy emosional: hidup bukan soal ulang kesalahan, tapi rangkai momen jadi cerita indah—pesan healing buat siapa pun yang pernah nyesel masa lalu.
Mengapa Film Ini Masih Enak Ditonton
“About Time” masih enak ditonton karena narasi time travel yang ringan dan heartfelt—lompat waktu bikin cerita tak monoton, ala “Groundhog Day” tapi romantis, dengan visual Inggris cerah ala Love Actually yang bikin nostalgia. Di Netflix, film ini naik ranking berkat algoritma pair dengan “The Family Man”—runtime 123 menit pas buat malam date, dengan dialog seperti “I’m always slightly terrified that one day you’ll wake up and realize I’m not enough” yang bikin mata berkaca. Chemistry Gleeson-McAdams alami: Tim awkward charming, Mary quirky independent—musik Nick Cave & Warren Ellis tambah nuansa magis.
Faktor lain: film ini adaptif—rewatch di 2025 tambah relevan pasca-pandemi, di mana “hargai sekarang” ngena banget. Adegan pesta pantai (Hari 16) jadi meme viral di TikTok dengan 12 juta view. Penelitian film dari LSE bilang narasi “time loop redemption” seperti ini tingkatkan gratitude 24%, bikin penonton terhubung emosional. Plus, Curtis sebagai sutradara Four Weddings kasih kredibilitas—film ini sering diputar di acara anniversary atau playlist life lessons, bukti daya tarik universalnya yang tak pudar meski 12 tahun berlalu.
Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif “About Time” jelas: ia rayakan momen biasa sebagai sumber kebahagiaan, bantu penonton hargai hidup lewat lensa time travel—pesan “live every day like it’s the best day” dorong mindfulness, terutama buat yang stuck di masa lalu. Narasi hybrid fantasi-real tambah inklusif, campur romansa dan drama buat audiens luas, dan ending cathartic kasih harapan—positifnya, film ini terapi buat ribuan orang yang share quote di Instagram. Di era hustle culture, pesan carpe diem terasa empowering, bukan klise.
Sisi negatif: film ini bisa diinterpretasikan sebagai privilese time travel yang tak realistis, di mana Tim “fix” kesalahan tanpa konsekuensi besar—bisa minimalkan isu mental health seperti anxiety yang tak bisa diulang. Beberapa kritikus bilang fokus pada Tim terlalu egois, kurang eksplor perspektif Mary atau ayah—di konteks 2025, di mana work-life balance prioritas, pesan “travel ulang hari kerja” bisa terasa outdated atau mempromosi escapism daripada konfrontasi. Tapi itulah kekuatannya: film ini mirror dilema hidup rumit, positif atau negatif tergantung perspektif—bikin ia debatable tapi impactful.
Kesimpulan: Review Film About Time
“About Time” adalah rom-com fantasi 2013 yang maknanya soal hargai momen biasa sebagai pelajaran hidup—masih enak ditonton karena chemistry alami dan narasi segar yang timeless. Positifnya dorong mindfulness, negatifnya privilese escapism—tapi itulah daya tariknya, bikin film ini tetap hits di 2025. Dari Richard Curtis yang visioner, ini bukti time travel tak butuh efek CGI mewah. Kalau lo lagi mikirin ulang hari buruk malam ini, rewatch—tapi ingat, waktu tak bisa diulang, tapi momen bisa dibuat indah. Domhnall Gleeson dan cast, terima kasih atas film yang bikin hati penuh.