Review Film Tentang The Long Walk. Di tengah gelombang adaptasi Stephen King yang tak pernah surut, The Long Walk akhirnya melangkah ke layar lebar sebagai film horor survival thriller yang mencekam. Dirilis secara luas pada 24 Oktober 2025 oleh distributor Metro-Goldwyn-Mayer (MGM), adaptasi novel dystopian tahun 1966-1967 ini disutradarai oleh Francis Lawrence—sutradara berpengalaman di balik The Hunger Games dan I Am Legend. Dibintangi Cooper Hoffman sebagai pemeran utama Garraty, film ini membawa penonton ke Amerika fiksi totaliter di mana seratus remaja berjalan tanpa henti dalam kompetisi mematikan, dengan aturan sederhana: berhenti berarti peluru. Dengan durasi 110 menit, The Long Walk menjanjikan ketegangan fisik dan psikologis yang intens, menggali tema kepatuhan sosial dan harga ambisi di era polarisasi politik saat ini. Review awal membelah opini: beberapa menyebutnya masterpiece survival, sementara yang lain mengkritiknya terlalu mirip pendahulunya. Mari kita telusuri apa yang membuat film ini menjadi topik hangat di akhir 2025.
Sinopsis dan Latar Belakang Produksi Film The Long Walk
Cerita The Long Walk mengikuti Ray Garraty, remaja 16 tahun dari Maine yang bergabung dalam Long Walk tahunan—acara nasional di mana peserta harus berjalan minimal empat mil per jam tanpa istirahat, di bawah pengawasan tentara bersenjata. Hadiahnya? Apapun yang diminta pemenang, termasuk kemewahan abadi. Saat peserta mulai jatuh karena kelelahan, cedera, atau tekanan mental, Garraty bertahan sambil membentuk ikatan rapuh dengan sesama walker seperti Pete (David Jonsson) dan McVries (Garrett Wareing). Apa yang dimulai sebagai kompetisi jadi alegori gelap tentang masyarakat yang memuja penderitaan, dengan twist akhir yang mengejutkan tentang identitas Garraty.
Proyek ini panjang dan berliku. Hak adaptasi dibeli New Line Cinema pada 1980-an, tapi baru bergulir serius pada 2019 ketika James Vanderbilt (Scream) menulis skrip awal. Francis Lawrence bergabung pada 2021, membawa sentuhan aksi dinamisnya ke genre thriller. Produksi dimulai di Atlanta pada musim semi 2024, dengan syuting ulang di gurun New Mexico untuk adegan jalan raya yang autentik. Anggaran mencapai 60 juta dolar AS, termasuk efek praktis untuk darah dan keringat yang realistis—tanpa CGI berlebihan. Stephen King, yang novelnya ditulis di bawah nama samaran Richard Bachman untuk menguji batas genre, memberi restu penuh, menyebut adaptasi ini “paling setia pada visiku.” Casting muda menjadi kunci: Hoffman, putra Philip Seymour Hoffman, debut besar setelah Licorice Pizza, sementara Jonsson (Superman 2025) dan Wareing (The First Omen) menambah kedalaman ensemble. Rilisnya dijadwalkan bertepatan dengan Halloween untuk memaksimalkan buzz horor.
Performa Aktor dan Gaya Visual The Long Walk
Cooper Hoffman memikul beban berat sebagai Garraty, dan ia menyampaikannya dengan nuansa rapuh yang membuat penonton ikut lelah. Matanya yang lelah tapi penuh tekad menangkap esensi remaja yang terjebak antara pemberontakan dan kepatuhan, mirip performa ayahnya di Capote. David Jonsson sebagai Pete membawa karisma karismatik, kontras dengan paranoia Garraty, sementara Garrett Wareing sebagai McVries—karakter sarkastik favorit King—menjadi sorotan dengan dialog pedas yang mencuri adegan. Pendukung seperti Idris Elba sebagai komandan Major dan Chloe East sebagai saudara perempuan Garraty menambahkan lapisan emosional, meski peran mereka terbatas. Secara keseluruhan, ensemble muda ini terasa organik, menghindari trope remaja Hollywood yang klise.
Gaya visual Francis Lawrence adalah kekuatan utama, dengan sinematografi von Donnersmarck yang memanfaatkan long take untuk mensimulasikan kelelahan berjalan. Kamera drone melayang di atas barisan peserta, menciptakan rasa isolasi luas, sementara close-up keringat dan lecet terasa visceral—seolah penonton ikut berjalan. Sound design oleh Mark Mangini (Dune) memadukan derap kaki monoton dengan ledakan senjata mendadak, diperkuat score minimalis dari Alexandre Desplat yang bergema seperti detak jantung. Efek suara langkah ribuan kaki menjadi motif ikonik, tapi beberapa adegan malam hari dikritik kurang jelas karena pencahayaan redup. Secara keseluruhan, film ini terasa seperti The Revenant bertemu Battle Royale, dengan estetika gritty yang menolak kilauan blockbuster.
Penerimaan Kritikus dan Dampak Budaya
The Long Walk debut di Toronto International Film Festival pada 12 September 2025, langsung meraih standing ovation 10 menit meski skor Rotten Tomatoes awalnya 82% dari 180 ulasan—konsensusnya: “thriller survival yang melelahkan tapi memuaskan, adaptasi King terbaik sejak The Shining.” IndieWire memuji paralelnya dengan isu kesehatan mental pasca-pandemi, menyebutnya “metafora sempurna untuk era hustle culture,” sementara The Hollywood Reporter memberikan 3.5 bintang, mengapresiasi ketegangan tapi menyesalkan akhir yang terlalu ambigu. Kritik utama datang dari The Atlantic, yang bilang film ini “terlalu mirip Squid Game tanpa inovasi,” meski keduanya berbeda era.
Dampak budayanya langsung terasa: di X, #LongWalkChallenge viral dengan pengguna berbagi video berjalan maraton, sementara TikTok penuh teori konspirasi tentang “Major” sebagai alegori pemimpin otoriter. Box office pembuka di AS tembus 28 juta dolar, mengalahkan Joker: Folie à Deux di minggu yang sama, dan streaming di Max direncanakan akhir November. Di luar negeri, rilis di Inggris dan Jepang pada Desember 2025 diprediksi kuat, berkat basis penggemar King global. Film ini juga memicu diskusi tentang adaptasi King yang sering gagal (The Tommyknockers), membuktikan era baru sukses dengan Gerald’s Game dan Doctor Sleep. Secara budaya, ia menyentuh saraf tentang generasi Z yang tertekan, membuatnya relevan di tengah pemilu 2026 yang akan datang.
Kesimpulan
The Long Walk adalah langkah panjang yang layak ditempuh—film yang melelahkan tapi menghipnotis, membuktikan Stephen King tetap relevan di abad ke-21. Dengan performa Hoffman yang menjanjikan, arahan Lawrence yang tegas, dan tema yang menggigit, adaptasi ini bukan hanya hiburan, tapi cermin gelap masyarakat kita. Bagi penggemar dystopia, ini wajib tonton; bagi yang lain, siapkan sepatu nyaman untuk metafora yang tak terlupakan. Di dunia yang terasa seperti Long Walk itu sendiri, film ini mengajak kita bertanya: sampai mana kita mau bertahan?