review-film-the-descendants

Review Film The Descendants

Review Film The Descendants. Pada 4 Oktober 2025, film “The Descendants” kembali jadi sorotan di kalangan pecinta sinema, tepat setelah George Clooney muncul di New York Film Festival (NYFF) akhir September untuk promo film baru Jay Kelly—momen yang bikin penonton renung ulang penampilan Clooney sebagai Matt King di closing night NYFF 2011. Rilis 14 tahun lalu di bawah arahan Alexander Payne, adaptasi novel Kaui Hart Hemmings ini bukan sekadar drama keluarga—ia potret pahit-manis kehilangan di tengah surga Hawaii yang ironis. Dengan Clooney nominasi Oscar dan screenplay menang Best Adapted, film ini sumbang 90% rating Rotten Tomatoes yang tahan uji. Di era di mana isu keluarga dan warisan makin relevan pasca-pandemi, revival ini pas buat binge-watch via Criterion Channel yang tambah koleksi Payne baru-baru ini. Ini review terkini: dari inti cerita hingga pro-kontra, biar Anda siap tonton ulang tanpa nostalgia berlebih. BERITA TERKINI

Ringkasan Singkat dari Film Ini: Review Film The Descendants

“The Descendants” ikuti Matt King, pengacara properti di Honolulu yang jalani hidup ganda: urus tanah leluhur Hawaii yang siap dijual, tapi tiba-tiba istri Elizabeth koma akibat kecelakaan selam. Saat putri remaja Scottie (Amara Miller) dan Alex (Shailene Woodley) hadapi krisis, Matt temukan rahasia: Elizabeth selingkuh dengan agen real estate Brian Speer (Matthew Lillard). Dengan bantuan teman tua Sid (Nick Krause), Matt kejar Brian ke Kauai, sambil putuskan nasib 25.000 acre tanah suku asli yang jadi warisan keluarga—jual ke developer atau lindungi lingkungan? Durasi 115 menit, film ini alir santai ala Payne: dialog sarkastik, visual pantai cerah kontras emosi gelap, tanpa musik dramatis berlebih. Endingnya bittersweet, soroti bagaimana duka gabung humor absurd—Matt pilih jalan tengah, tapi keluarga tetap retak. Cast pendukung seperti Beau Bridges sebagai paman gila tambah warna, sementara Woodley debut besarnya curi perhatian. Secara keseluruhan, ini bukan thriller, tapi eksplorasi moral: bagaimana satu rahasia ubah segalanya, dari duka istri hingga dilema tanah adat.

Apa yang Membuat Film Ini Sangat Populer: Review Film The Descendants

Keabadian “The Descendants” lahir dari keseimbangan unik Payne: komedi hitam di tengah tragedi, bikin relatable tanpa manipulatif. Rilis 2011 langsung box office 177 juta dolar global, tapi buzz 2025 datang dari Clooney’s NYFF return 29 September—post resmi festival reminisce closing night film ini, capai 2.900 views dalam hari pertama. Di Reddit Februari lalu, thread sebut “absolutely surprised me” dengan stellar performances Clooney dan Woodley, dorong diskusi 2025 soal Payne’s style. Oscar wins screenplay (Payne, Nat Faxon, Jim Rash) dan nominasi Clooney Best Actor jadi fondasi, tapi Hawaii setting—pantai indah tapi ironis—nyambung ke isu lingkungan sekarang, seperti post X 18 September puji sebagai “meaningful masterpiece about grief”. Di X, post 1 Oktober sebut Jim Rash’s Oscar fun fact, sambil hubungkan ke karirnya pasca-film. Tren TikTok revival via edit “Anywhere in the World is Paradise” capai jutaan views, dorong Gen Z tonton ulang via Netflix. Faktor lain: dialog witty seperti “Paradise? It’s a division of a land development company”, bikin quote-able, plus Woodley’s breakout yang pimpin karirnya ke “Divergent”. Hasilnya, film ini staple di playlist “sad but funny”, dari 2011 hits jadi rekomendasi 2025 untuk yang suka “Marriage Story” versi tropis.

Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini

Positifnya kuat: Clooney’s performance raw tapi charming, bawa Matt dari cuek ke rentan tanpa overact—NYT 2011 sebut “emotional trajectory familiar tapi masterful”. Payne’s direction halus, gabung humor absurd (seperti adegan karaoke gagal) dengan duka autentik, bikin Variety puji “sensitivity prickly issues”. Woodley sebagai Alex curi show dengan angst remaja yang nyata, sementara visual Hawaii—dari Oahu ke Kauai—tambah lapisan budaya soal warisan asli. Soundtrack indie seperti “Kalapana” pas buat mood, dan ending ambigu beri ruang refleksi, cocok fans “Nebraska” yang suka Payne’s humanism. Ini juga timely: tema keluarga retak di tengah krisis, seperti Reddit 2025 sebut “outstanding film” untuk stellar ensemble. Negatifnya, pacing lambat bikin frustasi—beberapa review sebut “tedium caring for ill loved one” terlalu prolonged, seperti Iowa State Daily yang bilang “lost on me” meski solid. Bittersweet tone bisa overwhelming: humor kadang terasa forced di momen serius, dan subplot tanah kurang dieksplor, bikin terasa undercooked bagi yang cari plot ketat. Di X 30 September, review Jay Kelly sebut hodgepodge awal tapi poignant akhir, ungkap polarisasi: choked up atau meh? Secara keseluruhan, A- untuk drama lover, tapi B untuk yang butuh aksi cepat.

Kesimpulan

Di Oktober 2025, “The Descendants” bukti Payne’s genius: dari ringkasan dilema Matt yang menyentuh hingga popularitas Clooney’s NYFF nostalgia, plus pro-kontra yang bikin debat hidup, ini rekomendasi wajib buat malam renung keluarga. Dengan 14 tahun usia, film ini ingatkan: paradise punya harga, tapi healing datang dari chaos. Jika Anda lagi urus warisan atau rahasia, tekan play; kalau sudah, bagiin quote favorit di X. The Descendants tak sempurna, tapi seperti hidup—messy, lucu, dan tak terlupakan. Selamat nonton, dan ingat: jangan jual tanahmu terlalu cepat.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

More From Author

review-film-side-effects

Review Film Side Effects

review-film-fight-club-2

Review Film Fight Club

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LINK ALTERNATIF: