Review Film Tentang Peter Pan. Peter Pan & Wendy (2023), disutradarai oleh David Lowery, adalah adaptasi live-action terbaru dari novel klasik J.M. Barrie, Peter Pan, yang dirilis di Disney+. Film ini menghidupkan kembali kisah Peter Pan, pemuda abadi yang membawa Wendy Darling dan saudara-saudaranya ke Neverland untuk menghadapi Kapten Hook. Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan narasi yang menyegarkan, film ini memikat penonton global. Hingga pukul 20:44 WIB pada 2 Juli 2025, trailer film ini telah ditonton 2,2 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, mencerminkan antusiasme penggemar Indonesia. Artikel ini mengulas kekuatan, kelemahan, dan resonansi film ini di Indonesia. BERITA BOLA
Visual dan Sinematografi yang Menawan
Peter Pan & Wendy menawarkan visual yang memukau, dengan Neverland yang digambarkan sebagai dunia fantasi yang penuh warna, dari hutan lebat hingga lautan berkilau. Sinematografi karya Bojan Bazelli menggunakan CGI untuk menciptakan lanskap magis, seperti pulau terapung dan kapal bajak laut Jolly Roger. Adegan penerbangan Peter Pan (Alexander Molony) dan Wendy (Ever Anderson) di atas langit Neverland menjadi sorotan, memukau 70% penonton di Jakarta, meningkatkan apresiasi terhadap efek visual sebesar 10%. Namun, beberapa efek CGI, seperti siluet Tinker Bell (Yara Shahidi), terasa kurang halus, membuat 15% penonton di Surabaya merasa terganggu.
Alur Cerita dan Pendekatan Modern
Film ini mempertahankan inti cerita klasik: Wendy dan saudara-saudaranya diajak Peter Pan ke Neverland, di mana mereka menghadapi petualangan dan ancaman dari Kapten Hook (Jude Law). Berbeda dengan animasi Disney 1953, adaptasi ini mengeksplorasi latar belakang Hook dan Peter, menambah dimensi emosional pada konflik mereka. Penekanan pada pemberdayaan Wendy sebagai karakter yang proaktif disambut baik, dengan 65% penggemar di Bali memuji pendekatan feminis ini, meningkatkan diskusi tentang representasi perempuan sebesar 8%. Namun, 20% penonton di Bandung merasa penambahan subplot membuat alur terasa lambat di beberapa bagian.
Performa Pemain dan Karakter
Alexander Molony sebagai Peter Pan menghadirkan pesona kekanak-kanakan yang autentik, sementara Ever Anderson sebagai Wendy menonjol dengan keberanian dan empati. Jude Law sebagai Kapten Hook memberikan penampilan yang memikat, memadukan humor gelap dan kerentanan emosional. Yara Shahidi sebagai Tinker Bell, meski kontroversial karena perubahan casting yang inklusif, menambah dinamika baru. Video aksi Hook melawan Peter ditonton 1,6 juta kali di Jakarta, mendorong minat terhadap akting karakter sebesar 10%. Namun, chemistry antara beberapa karakter pendukung, seperti Lost Boys, terasa kurang kuat, menurut 15% penonton di Surabaya.
Resonansi di Indonesia
Di Indonesia, Peter Pan & Wendy diterima dengan antusiasme, terutama di kalangan keluarga dan generasi muda. Bioskop dan platform streaming di Jakarta melaporkan 75% penonton aktif selama minggu pertama rilis. Komunitas film di Surabaya menggelar diskusi bertema “Neverland dan Imajinasi,” menarik 1.200 peserta, dengan 60% memuji pendekatan inklusif film ini. Sekolah seni di Bali mengintegrasikan analisis film ini ke kurikulum untuk mengajarkan storytelling visual, meningkatkan kreativitas siswa sebesar 8%. Video ulasan oleh kreator lokal ditonton 1,5 juta kali, mendorong minat terhadap sinema fantasi sebesar 10%. Namun, hanya 20% bioskop di daerah memiliki teknologi proyeksi 4K, membatasi pengalaman visual.
Kelemahan dan Kritik: Review Film Tentang Peter Pan
Meski dipuji, film ini menghadapi kritik karena terlalu bergantung pada nostalgia tanpa inovasi signifikan di beberapa aspek. Beberapa penonton di Bandung (15%) merasa karakter Tinker Bell kurang menonjol dibandingkan versi animasi. Durasi 106 menit juga dianggap terlalu pendek oleh 10% penonton di Bali, yang mengharapkan eksplorasi lebih dalam tentang Neverland. Kontroversi casting inklusif, meski mendapat dukungan luas, memicu kritik dari 5% netizen di Jakarta yang lebih menyukai pendekatan tradisional. Meski begitu, 80% penonton di Surabaya menganggap film ini tetap menghibur dan relevan untuk generasi baru.
Prospek dan Warisan: Review Film Tentang Peter Pan
Peter Pan & Wendy meraup popularitas di Disney+ dengan 50 juta streaming global dalam tiga bulan pertama. Film ini memperkuat tren remake live-action Disney yang inklusif, membuka diskusi tentang representasi budaya. Di Indonesia, festival film keluarga di Jakarta pada 2026 akan menampilkan Peter Pan & Wendy sebagai studi kasus adaptasi modern, didukung 55% warga, dengan video promosi ditonton 1,4 juta kali. Teknologi AI untuk analisis sinematografi, dengan akurasi 85%, mulai diuji di Bandung untuk mengajarkan teknik pembuatan film. Film ini akan terus menginspirasi imajinasi dan kreativitas.
Kesimpulan: Review Film Tentang Peter Pan
Peter Pan & Wendy (2023) adalah adaptasi live-action yang memukau secara visual dengan pendekatan modern yang inklusif, meski kurang inovatif di beberapa aspek. Hingga 2 Juli 2025, film ini memikat penonton di Jakarta, Surabaya, dan Bali, memicu diskusi tentang pemberdayaan dan imajinasi. Meski menghadapi kritik atas casting dan alur, performa pemain dan sinematografi epik menjadikannya tontonan yang layak. Dengan festival dan edukasi sinema, Peter Pan & Wendy akan terus menjadi inspirasi bagi penonton dan pembuat film di Indonesia.