Review Film Keluarga Cemara. Keluarga Cemara, merupakan film drama keluarga yang berasal dari Indonesia yang dirilis pada tanggal 3 Januari 2019 yang masih menjadi perbincangan dan sering ditonton di platform Streaming Netflix pada Juli 2025. Diadaptasi dari serial TV legendaris karya Arswendo Atmowiloto, film ini disutradarai Yandy Laurens dan dibintangi Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir sebagai Emak, serta Adhisty Zara dan Widuri Puteri sebagai Euis dan Ara. Mengisahkan perjuangan keluarga menghadapi kebangkrutan, film ini meraih lebih dari 1,7 juta penonton dan Piala Citra untuk Aktor Pendukung Terbaik. Apa makna di balik cerita ini, apa kelebihan dan kekurangannya? Berikut ulasan lengkapnya! BERITA LAINNYA
Arti dan Makna Dari Film Ini
Keluarga Cemara mengisahkan keluarga Abah yang kehilangan harta akibat pengkhianatan rekan bisnis, memaksa mereka pindah dari Jakarta ke desa terpencil di Jawa Barat. Di tengah kesulitan finansial, Abah, Emak, Euis, dan Ara berjuang mempertahankan kebersamaan, menghadapi tantangan seperti utang dan konflik internal. Makna utama film ini adalah bahwa keluarga adalah harta sejati, lebih berharga daripada kekayaan materi. Film ini menekankan pentingnya komunikasi, saling mendukung, dan ketahanan dalam menghadapi cobaan. Lewat kisah sederhana, film ini menyampaikan pesan universal bahwa cinta dan kebersamaan bisa mengatasi kesulitan, sekaligus menyoroti nilai-nilai tradisional seperti gotong royong di lingkungan desa.
Sisi Positif Dari Film Ini
Film ini mempunyai akting yang sangat tulus dan natural banget. Ringgo Agus Rahman sebagai Abah menghadirkan sosok ayah yang kuat namun rentan, sementara Nirina Zubir sebagai Emak memancarkan kehangatan dan ketegaran seorang ibu. Adhisty Zara dan Widuri Puteri, sebagai Euis dan Ara, menambah dinamika emosional dengan akting yang menyentuh, terutama di adegan konflik keluarga. Sinematografi yang menonjolkan keindahan pedesaan, seperti sawah dan rumah sederhana, menciptakan suasana hangat dan otentik. Soundtrack, termasuk lagu “Harta Berharga” karya Harry Tjahjono, memperkuat nuansa emosional tanpa berlebihan. Narasi yang sederhana namun penuh makna, ditambah humor ringan seperti tingkah Ara, membuat film ini mudah diterima oleh penonton lintas usia, dari anak-anak hingga orang tua.
Sisi Negatif Dari Film Ini: Review Film Keluarga Cemara
Meski menyentuh, Keluarga Cemara memiliki beberapa kelemahan. Alur cerita di beberapa bagian terasa lambat, terutama saat menyoroti adaptasi keluarga di desa, yang membuat ritme tersendat. Konflik eksternal, seperti utang Abah, diselesaikan dengan cara yang agak klise, kurang memberikan kejutan naratif. Beberapa karakter pendukung, seperti tetangga desa atau rekan bisnis Abah, kurang mendapat pengembangan, membuat mereka terasa sebagai pelengkap semata. Selain itu, beberapa adegan emosional, seperti pertengkaran Abah dan Emak, terasa sedikit dipaksakan untuk memicu air mata, mengurangi kedalaman organik cerita. Penggambaran kehidupan desa juga kadang terlalu idealis, kurang menunjukkan tantangan realistis seperti keterbatasan infrastruktur.
Kesimpulan: Review Film Keluarga Cemara
Keluarga Cemara merupakan film drama Indonesia yang mengharukan, mengusung pesan bahwa kebersamaan merupakan harta sejati di tengah cobaan hidup. Akting tulus dari Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, dan duo muda Adhisty Zara serta Widuri Puteri, ditambah visual pedesaan yang memikat, menjadi kekuatan utama. Namun, alur yang lambat, penyelesaian konflik klise, dan kurangnya pengembangan karakter pendukung menjadi catatan. Dengan popularitas yang tetap kuat di 2025, film ini layak ditonton untuk merasakan kehangatan keluarga dan refleksi tentang nilai cinta serta ketahanan. Cocok untuk keluarga, Keluarga Cemara mengingatkan kita untuk selalu menghargai orang-orang terdekat, apa pun keadaannya.