Review Film: Iron Vengeance Liam Neeson kembali ke zona nyamannya, tapi kali ini dengan dingin yang benar-benar menusuk tulang. Iron Vengeance adalah revenge thriller yang berlatar di Arktik Norwegia: salju tebal, suhu minus 40 derajat, dan satu orang tua yang sangat marah. Hasilnya? Salah satu film balas dendam paling brutal dan memuaskan tahun ini.
Kisah Ayah yang Tak Bisa Lagi Berhenti
Mike McCann (Neeson) adalah mantan penyelidik korupsi tambang yang sudah pensiun ke Alaska. Saat putra satu-satunya dibunuh oleh sindikat tambang ilegal di Norwegia, Mike terbang ke sana membawa abu anaknya dalam kaleng kopi, niatnya hanya menyebar abu di fjord seperti wasiat terakhir. Tapi ketika ia melihat pelaku masih bebas dan polisi lokal disuap, rencana berubah: ia akan menyebar abu itu setelah semua pelaku mati. (berita basket)
Aksi yang Terasa Menyakitkan Secara Fisik
Film ini tidak main-main dengan setting dinginnya. Setiap pukulan terasa lebih keras karena tangan beku, setiap tembakan terdengar lebih menggelegar karena udara kering. Adegan kejar-kejaran snowmobile di atas danau beku yang retak-retak adalah salah satu yang paling tegang tahun ini. Pertarungan di dalam tambang es dengan kapak es dan flare gun? Brutal, kreatif, dan bikin meringis. Sutradara Jonathan Hensleigh (yang dulu bikin The Punisher 2004) tahu betul cara membuat kekerasan terasa “basah” dan nyata.
Neeson dalam Mode Paling Dingin dan Patah Hati
Di usia 73, Neeson tidak lagi berlari kencang, tapi ia berjalan lambat dengan tatapan yang bisa membekukan darah. Dialognya minim, tapi setiap kalimat berbobot (“I’m not here for justice. I’m here for balance”). Lawan mainnya, Aksel Hennie sebagai bos tambang yang arogan dan Monica Bellucci sebagai pengacara korup yang cerdas, memberikan bobot yang sepadan.
Visual Arktik yang Menyesakkan Napas
Sinematografer Florian Hoffmeister memotret Norwegia utara seperti planet lain: putih tak berujung, langit abu-abu, dan darah merah yang terlalu terang di atas salju. Skor minimalis dari Atli Örvarsson hanya berupa drum rendah dan gesekan biola yang terdengar seperti angin menusuk.
Kelemahan yang Bisa Dimaafkan
Plotnya sebenarnya sederhana sampai mendekati klise, dan beberapa keputusan karakter di babak akhir agak dipaksakan demi klimaks besar. Tapi emosi yang dibawa Neeson terlalu kuat untuk peduli hal-hal kecil itu.
Kesimpulan Review Film: Iron Vengeance
Iron Vengeance adalah Taken yang sudah dewasa, sedih, dan jauh lebih ganas. Ini bukan lagi tentang “particular set of skills”, tapi tentang seorang ayah yang sudah tak punya apa-apa lagi untuk dihilangkan. Film ini dingin di luar, membara di dalam, dan meninggalkan rasa pahit yang lama. Kalau Anda butuh film balas dendam yang tidak cuma menghibur tapi juga menusuk hati, ini jawabannya. Neeson mungkin tidak akan pensiun sebentar lagi, dan kita harus bersyukur untuk itu.
review film lainnya …..