Review Film Challengers. Dirilis pada April 2024, Challengers adalah film drama romansa olahraga yang mengguncang penonton dengan intensitasnya. Disutradarai oleh Luca Guadagnino dan ditulis oleh Justin Kuritzkes, film ini menampilkan Zendaya sebagai Tashi Duncan, mantan pemain tenis berbakat yang kini menjadi pelatih, bersama Mike Faist sebagai Art Donaldson dan Josh O’Connor sebagai Patrick Zweig, dua sahabat yang terjebak dalam cinta segitiga yang rumit. Berlatar dunia tenis profesional, Challengers menggambarkan dinamika ambisi, hasrat, dan pengkhianatan melalui narasi yang bolak-balik antara masa lalu dan masa kini. Dengan durasi sekitar dua jam, film ini menawarkan pengalaman yang memikat dan penuh energi. BERITA LAINNYA
Makna atau Arti Dari Film Ini
Challengers bukan hanya tentang tenis, melainkan tentang bagaimana ambisi dan cinta bisa saling bertabrakan. Film ini mengeksplorasi tema hasrat yang kompleks, baik dalam konteks romansa maupun obsesi terhadap kesuksesan. Tashi, Art, dan Patrick terhubung oleh gairah mereka—bagi Tashi, tenis adalah ekspresi hidup; bagi Art dan Patrick, cinta dan persaingan bercampur menjadi satu. Narasi non-linear menggambarkan bagaimana keputusan di masa lalu membentuk masa depan mereka, menyoroti pengorbanan yang dibuat demi ambisi dan hubungan. Film ini juga mengajak penonton merenungi dinamika kekuasaan dalam hubungan, terutama melalui karakter Tashi yang manipulatif namun memikat, menjadikan cinta sebagai permainan strategi yang tak kalah sengit dari pertandingan tenis.
Sisi Positif Dari Film Ini: Review Film Challengers
Zendaya tampil memukau sebagai Tashi, menghadirkan karisma dan intensitas yang membuatnya menjadi pusat cerita. Mike Faist dan Josh O’Connor juga luar biasa, dengan chemistry yang meledak-ledak, baik dalam momen romansa maupun konflik. Pengarahan Luca Guadagnino menghidupkan setiap adegan pertandingan tenis dengan sudut kamera inovatif dan editing yang dinamis, membuat penonton merasa berada di lapangan. Skor musik techno dari Trent Reznor dan Atticus Ross memberikan ritme yang adiktif, meningkatkan ketegangan emosional dan fisik. Sinematografi yang cerah dan penuh warna, dipadukan dengan kostum yang mencerminkan gaya awal 2000-an hingga 2019, menambah daya tarik visual. Adegan klimaks di turnamen Challenger menjadi sorotan, memadukan drama olahraga dan emosi pribadi dengan apik.
Sisi Negatif Dari Film Ini
Meski penuh gairah, Challengers punya beberapa kelemahan. Struktur non-linear kadang membuat alur terasa terputus, terutama bagi penonton yang mengharapkan cerita yang lebih linier. Karakter Patrick dan Art, meski kuat, kurang mendapatkan pengembangan emosional yang mendalam dibandingkan Tashi, membuat mereka terasa lebih sebagai alat naratif ketimbang individu yang utuh. Beberapa subplot, seperti latar belakang keluarga Art, terasa kurang dieksplorasi, meninggalkan kesan bahwa cerita ingin mencakup terlalu banyak dalam waktu terbatas. Selain itu, intensitas emosional yang konstan bisa terasa melelahkan bagi sebagian penonton, terutama mereka yang tidak terbiasa dengan gaya Guadagnino yang provokatif.
Kesimpulan: Review Film Challengers
Challengers adalah film yang berani dan penuh gairah, menggabungkan drama romansa, olahraga, dan intrik dengan apik. Penampilan gemilang Zendaya, Mike Faist, dan Josh O’Connor, ditambah pengarahan visioner Luca Guadagnino, menjadikan film ini pengalaman yang tak terlupakan. Meski alur non-linear dan kurangnya kedalaman pada beberapa karakter bisa mengganggu, energi visual dan emosionalnya sulit dilupakan. Cocok untuk penggemar drama yang intens dan sinematografi yang inovatif, Challengers adalah suguhan yang memuaskan, meski mungkin tidak untuk semua selera. Jika Anda siap untuk pertandingan emosi yang sengit, film ini layak ditonton di layar lebar atau streaming.