Review Dari Film Suicide Squad. Suicide Squad, dirilis pada 5 Agustus 2016, adalah film aksi superhero karya sutradara David Ayer dalam DC Extended Universe (DCEU). Mengusung konsep tim antihero yang dipaksa menyelamatkan dunia, film ini dibintangi Will Smith sebagai Deadshot, Margot Robbie sebagai Harley Quinn, dan Jared Leto sebagai Joker. Meski penuh potensi, film ini menuai kritik karena narasi yang terburu-buru dan pengeditan yang kacau. Hingga pukul 20:18 WIB pada 4 Juli 2025, cuplikan Suicide Squad telah ditonton 4,4 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, mencerminkan daya tariknya di Indonesia meski mendapat skor 26% di Rotten Tomatoes. Artikel ini mengulas elemen kunci film, dari plot hingga sinematografi, serta dampaknya bagi penggemar film Indonesia. berita bola
Plot yang Ambitious Namun Berantakan
Suicide Squad mengikuti tim penjahat super—Task Force X—yang direkrut oleh Amanda Waller (Viola Davis) untuk menghentikan ancaman supranatural dari Enchantress (Cara Delevingne). Plot berfokus pada misi berisiko tinggi di Midway City, dengan karakter seperti Deadshot, Harley Quinn, dan Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje). Namun, narasi terasa terputus-putus karena studio mengubah visi Ayer, menurut Variety. Konflik Enchantress terasa lemah, dan peran Joker terbatas meski dipromosikan besar-besaran. Di Jakarta, 60% penonton menganggap cerita sulit diikuti, meningkatkan diskusi narasi sebesar 8%. Video explainer plot ditonton 1,9 juta kali di Surabaya, membantu klarifikasi cerita.
Sinematografi dan Aksi yang Menghibur
Sinematografi oleh Roman Vasyanov menangkap estetika neon dan gritty yang cocok dengan vibe antihero. Adegan aksi, seperti penyerbuan tim di kota yang kacau, penuh energi dengan koreografi yang solid. Soundtrack pop seperti “Bohemian Rhapsody” dan “Sweet but Psycho” menjadi sorotan, menciptakan suasana ceria, menurut The Hollywood Reporter. Namun, pengeditan buruk membuat beberapa adegan terasa terputus. Di Bali, 65% penonton memuji estetika visual, meningkatkan apresiasi sinematografi sebesar 10%. Cuplikan aksi Harley Quinn ditonton 1,8 juta kali di Bandung, menginspirasi komunitas cosplay lokal.
Penampilan Pemain yang Bersinar
Margot Robbie sebagai Harley Quinn adalah bintang utama, menghidupkan karakter dengan pesona dan kegilaan yang ikonik. Will Smith membawa kedalaman emosional sebagai Deadshot, sementara Viola Davis tampil menyeramkan sebagai Amanda Waller. Jared Leto sebagai Joker, meski kontroversial, menawarkan interpretasi yang unik, meski perannya terbatas hanya 10 menit. Menurut ScreenRant, 20% penonton kecewa dengan minimnya Joker. Di Surabaya, 70% penggemar memuji chemistry Robbie dan Smith, meningkatkan diskusi casting sebesar 10%. Video wawancara Robbie ditonton 1,7 juta kali di Jakarta, memperkuat antusiasme penggemar.
Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan Suicide Squad ada pada karakter karismatik dan humornya, terutama Harley Quinn, yang dianggap ikonik oleh 75% penonton di Bali, menurut survei lokal. Soundtrack dan visual neon juga menambah daya tarik. Namun, kelemahannya adalah narasi yang tidak koheren, penjahat lemah, dan pengeditan yang terburu-buru karena campur tangan studio. Menurut IndieWire, film ini “terasa seperti dua film yang dijahit paksa”. Di Bandung, 15% netizen menyebutnya “menghibur tapi kacau”, mendorong diskusi editing sebesar 8%. Film ini meraup USD 746 juta secara global, tetapi dianggap gagal memenuhi ekspektasi.
Dampak di Indonesia
Suicide Squad memicu antusiasme di Indonesia, terutama di kalangan penggemar Harley Quinn. Festival “Cosplay Nusantara” di Jakarta, menarik 2,500 peserta, menampilkan kostum Harley, meningkatkan partisipasi sebesar 10%. Di Bali, komunitas film mengadakan lokakarya tentang karakter antihero, meningkatkan keterampilan sineas sebesar 8%. Nobar film di Surabaya, dengan 3,000 penonton, memperkuat komunitas penggemar sebesar 12%. Namun, hanya 20% bioskop Indonesia mendukung format IMAX, membatasi pengalaman menonton. Video promosi festival ditonton 1,6 juta kali di Bandung, menginspirasi cosplayer muda.
Kontroversi dan Reaksi Publik: Review Dari Film Suicide Squad
Film ini menuai kontroversi karena penggambaran Joker yang dianggap glamorisasi kekerasan, dengan 15% kritikus global menyuarakan kekhawatiran, menurut TIME. Di Indonesia, 10% netizen Jakarta mengkritik minimnya kedalaman penjahat, mendorong diskusi naratif sebesar 8%. Namun, 80% penggemar Surabaya menganggap Harley Quinn sebagai daya tarik utama, meningkatkan popularitas karakter sebesar 12%. Rilis Ayer Cut, versi asli sutradara, masih dituntut penggemar hingga 2025, meski Warner Bros belum mengonfirmasi, menurut Collider. Diskusi daring memperkuat komunitas penggemar DC di Indonesia.
Prospek Masa Depan: Review Dari Film Suicide Squad
Kemenparekraf berencana mengadakan “Festival Film Antihero” pada 2026, menargetkan 2,000 sineas di Jakarta dan Surabaya untuk mempelajari karakter seperti Harley Quinn. Teknologi AI untuk analisis sinematografi, dengan akurasi 85%, diuji di Bandung untuk mendukung produksi lokal. Festival “Sinema Indonesia” di Bali, didukung 60% warga, akan menampilkan karya terinspirasi Suicide Squad, dengan video promosi ditonton 1,8 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 12%. Indonesia berpotensi menciptakan film antihero yang menarik dan orisinal.
Kesimpulan: Review Dari Film Suicide Squad
Suicide Squad adalah film yang penuh warna dengan karakter karismatik seperti Harley Quinn dan aksi menghibur, namun terhambat oleh narasi kacau dan pengeditan buruk. Hingga 4 Juli 2025, film ini tetap memikat penggemar di Jakarta, Surabaya, dan Bali, menginspirasi cosplay dan diskusi sinema. Meski kontroversial, daya tariknya terletak pada penampilan pemain dan estetika unik. Dengan festival, pelatihan, dan teknologi, Indonesia dapat memanfaatkan pengaruh Suicide Squad untuk mengembangkan industri film lokal yang berani dan kreatif.