review-film-the-kings-speech

Review Film The King’s Speech

Review Film The King’s Speech. The King’s Speech (2010), disutradarai oleh Tom Hooper, kembali mencuri perhatian setelah pemutaran ulang dalam format digital di beberapa festival film internasional pada Agustus 2025, menandai 15 tahun sejak rilis awalnya. Film ini, yang memenangkan empat Piala Oscar termasuk Film Terbaik, mengisahkan perjuangan Raja George VI mengatasi gagapnya untuk memimpin Inggris menjelang Perang Dunia II. Dibintangi Colin Firth, Geoffrey Rush, dan Helena Bonham Carter, The King’s Speech memadukan drama sejarah dengan sentuhan emosional yang mendalam. Artikel ini akan mengulas ringkasan film, alasan mengapa wajib ditonton, serta sisi positif dan negatifnya, menyoroti daya tarik abadi karya ini. BERITA BOLA

Ringkasan Singkat Mengenai Film Ini
The King’s Speech berfokus pada Albert, Duke of York (Colin Firth), yang kemudian menjadi Raja George VI setelah kakaknya, Edward VIII, turun takhta pada 1936. Albert, yang akrab dipanggil Bertie, berjuang dengan gangguan bicara berupa gagap sejak kecil, yang membuatnya kesulitan berpidato di depan umum. Dengan bantuan istrinya, Elizabeth (Helena Bonham Carter), ia bekerja sama dengan terapis wicara eksentrik, Lionel Logue (Geoffrey Rush), untuk mengatasi masalahnya. Film ini menggambarkan hubungan unik antara Bertie dan Lionel, yang berkembang dari ketegangan menjadi persahabatan, sambil menghadapi tekanan politik dan ancaman perang. Puncaknya adalah pidato radio bersejarah pada 1939, ketika Bertie, sebagai raja, menyampaikan pesan kepada rakyat Inggris untuk menghadapi Perang Dunia II dengan penuh keberanian.

Kenapa Film Ini Sangat Bagus Untuk Ditonton
The King’s Speech adalah tontonan yang memikat karena menggabungkan cerita sejarah yang kuat dengan narasi personal tentang mengatasi ketakutan. Penampilan Colin Firth sebagai Bertie menghadirkan sosok yang rentan namun penuh tekad, membuat penonton ikut merasakan perjuangannya. Chemistry antara Firth dan Rush, yang memerankan Lionel dengan humor dan kepekaan, menjadi jantung film ini, menawarkan momen-momen yang mengharukan sekaligus menghibur. Tema universal tentang keberanian dan ketahanan resonan dengan penonton modern, terutama di era ketidakpastian global pada 2025. Sinematografi Danny Cohen dan musik Alexandre Desplat, yang dinominasikan Oscar, menciptakan suasana yang elegan namun intim, memperkuat emosi cerita. Dengan durasi 118 menit, film ini menyajikan narasi yang padat dan mudah diikuti, cocok untuk pecinta drama sejarah atau mereka yang mencari inspirasi dari kisah nyata.

Apa Sisi Positif dan Negatif dari Film Ini
Sisi positif The King’s Speech terletak pada akting luar biasa dan penyutradaraan yang cermat. Colin Firth, yang memenangkan Oscar sebagai Aktor Terbaik, menghidupkan Bertie dengan kedalaman emosional, menangkap pergulatan batin seorang pria yang terjebak antara ketakutan dan tanggung jawab. Geoffrey Rush memberikan keseimbangan sempurna sebagai Lionel, dengan humor yang menyegarkan tanpa mengurangi powanama. Helena Bonham Carter juga memukau sebagai Elizabeth yang setia namun tegas. Desain produksi, dari kostum hingga set istana, menciptakan suasana Inggris tahun 1930-an yang autentik. Naskah David Seidler, yang juga memenangkan Oscar, menyeimbangkan fakta sejarah dengan drama personal tanpa terasa berat. Namun, ada beberapa kelemahan. Beberapa kritikus menilai film ini terlalu memoles sejarah, seperti menyederhanakan hubungan Bertie dengan Edward VIII atau mengabaikan beberapa konteks politik. Pacing di beberapa bagian terasa lambat, terutama pada adegan awal yang berfokus pada sesi terapi. Selain itu, film ini mungkin kurang menarik bagi penonton yang mencari aksi atau drama yang lebih intens, karena fokusnya lebih pada dialog dan perkembangan karakter.

Kesimpulan: Review Film The King’s Speech
The King’s Speech adalah drama sejarah yang menggugah, mengisahkan perjuangan Raja George VI dengan akting memukau dari Colin Firth dan Geoffrey Rush. Meskipun memiliki sedikit ketidakakuratan sejarah dan pacing yang kadang lambat, kekuatan film ini terletak pada narasi emosional, produksi yang elegan, dan tema universal tentang mengatasi ketakutan. Pemutaran ulang pada Agustus 2025 dalam format digital menegaskan daya tarik abadi film ini, yang tetap relevan bagi penonton yang menghargai cerita tentang keberanian dan ketahanan. Cocok untuk penggemar sejarah, drama, atau kisah inspiratif, The King’s Speech adalah pengingat kuat bahwa bahkan di bawah tekanan besar, seseorang dapat menemukan suara dan kekuatannya. Pada September 2025, film ini tetap menjadi karya sinema yang patut dirayakan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

More From Author

review-film-fireworks

Review Film Fireworks

review-film-minority-report

Review Film Minority Report

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *